Masalah lingkungan
Anak perusahaan Sinar Mas Group yang memproduksi minyak sawit, PT SMART TBK, dituduh melakukan deforestasi hutan hujan di Indonesia oleh Greenpeace. Untuk menyelidiki tuduhan ini, Smart Tbk telah menunjuk Control Union Certification dan BSI Group, dibantu dua peneliti dari Institut Pertanian Bogor.
Namun Greenpeace menyatakan bahwa mereka tidak pernah menuduh mereka
menghancurkan hutan hujan
primer, yaitu kawasan hutan yang tidak pernah
terganggu oleh aktivitas manusia.
Unilever
Bulan Desember 2009, Unilever menghentikan pembelian minyak sawit dari PT SMART TBK,
anak perusahaan Sinar Mas, karena mereka tidak memberikan bukti yang
cukup bahwa mereka tidak terlibat dalam praktik lingkungan bermasalah.
Namun, Unilever berencana untuk melanjutkan pembelian minyak sawit jika
auditor independen yang dibentuk Sinar Mas dan Unilever menyalahkan
tuduhan penghancuran hutan tersebut.
Nestle
Bulan Maret 2010, Nestle menghadapi krisis reputasi publik terhadap
penggunaan minyak sawit dari Sinar Mas yang hutan sawitnya menjadi
penyebab penghancuran hutan hujan dan habitat orangutan berskala besar.
Untuk menghindari bencana reputasi publik, Nestle langsung menghentikan
pembelian minyak sawit dari Sinar Mas. Setelah Sinar Mas menunjuk
auditor independen untuk menyelidiki masalah ini, Nestle bergabung
dengan komite dan akan melanjutkan pembelian dari Sinar Mas jika mereka
bebas dari segala tuduhan.
In August 2010 the Nestle chairman Peter Brabeck-Letmathe mengatakan
bahwa fokus dari perusahaannya telah salah arah. "Anda tahu bahwa
bukanlah 350.000 ton minyak sawit Nestle yang mendorong deforestasi di
Indonesia, katanya, "tetapi keputusan politik untuk menggunakan makanan
sebagai sumber bahan bakar bio. Britania Raya dan Jerman telah
mengonsumsi 500.000 ton minyak sawit untuk bahan bakar bio."
Abengoa
Bulan Mei 2010, Abengoa Bioenergy meminta para penyuplai bahan
mentahnya untuk memboikot minyak sawit dari perusahaan manapun di dalam
lingkup Sinar Mas Group Indonesia sampai perusahaan tersebut dapat
membuktikan bahwa mereka memenuhi persyaratan keberlanjutan lingkungan
dan sosial Abengoa.
HSBC
Bulan Mei 2010, fokus dari kampanye Greenpeace beralih ke HSBC
dengan menyuruh mereka agar menjual saham HSBC di Sinar Mas. Pada Juli
2010, HSBC telah menulis kepada Greenpeace bahwa saham mereka telah
dijual.
Carrefour
Tanggal 7 Juli 2010, Carrefour telah mengeluarkan Sinar Mas dari daftar penyuplai produk mereka.
“Carrefour sangat berkomitmen terhadap pengembangan berkelanjutan dan
telah memutuskan untuk menghentikan suplai APP untuk produk berlabel
swasta mulai pertengahan tahun ini sampai waktu yang tidak ditentukan.”
kata Manajer Hubungan Masyarakat Carrefour Indonesia, Hendri Satrio.
Burger King
Bulan September 2010, Burger King mengumumkan bahwa mereka tidak lagi
membeli minyak sawit dari Sinar Mas. Mereka mengeluarkan pernyataan,
"Setelah menyelesaikan pratinjau terhadap laporan verifikasi independen
oleh Control Union Certification (CUC) dan BSI Group, kami yakin laporan
ini telah memunculkan masalah keabsahan tentang sejumlah praktik
keberlanjutan produksi minyak sawit Sinar Mas dan dampaknya terhadap
hutan hujan. Praktik-praktik tersebut tidak konsisten dengan komitmen
tanggung jawab perusahaan kami."